Aug 5, 2013

EAR[32] - Sadford - Dead Dreams (2013)


Yak, rilisan kali ini datang dari Bandung. Kota yang dingin, bahkan dingin sekali, kalau kita menyempatkan diri untuk tidur di lantai dua di kota Bandung. Sebagaimana sifat dingin yang terkandung dalam kata 'kota Bandung', juga tersampaikan dari atmosfir yang dilahirkan oleh bebunyian yang ada didalam rilisan ini. Sadford adalah proyek bebunyian dari Mirza yang sebelumnya aktif pada proyek eksperimentasi bebunyian minimalis dengan nama (((MYRRH))). Masih dalam kategori yang sama yaitu minimalis, Mirza melakukan proses eksperimentasi bebunyian dengan metode serta dengan output yang lain dari yang sebelumnya. Seperti yang kami amati dari rilisan sebelumnya milik Sadford, serta bagaimana sepertinya kesedihan menyelimuti kehidupan urban seorang Mirza dan juga dari kebiasaan-kebiasaanya mendengarkan musik shoegaze sampai emo, rilisan yang ditelurkanya kali ini sungguh-sungguh berbeda. Seperti sesuatu yang benar-benar tersalurkan, garis magis nan maya yang tak dapat dilihat jika tak mengidentifikasi rekam jejak terlebih dahulu sebelum mendengarkan. Seperti untaian kabel-kabel yang angkirnya menemukan lubang saluran yang benar untuk memperdengarkan atau menampilkan sebuah visualisasi dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ketika kami mencoba memberi istilah pada bebunyian yang dibuat dan dimainkan pada rilisan Sadford kali ini, mungkin satu istilah yang menurut kami paling cocok adalah 'shitgaze'. Sebagaimana istilah 'shitgaze' tersebut dideskripsikan oleh Kevin Failure dari Pink Reason, bagaimana bebeunyian tersebut masih memiliki elemen-elemen yang sama dengan musik indie-rock/shoegaze pada tatanan konvensionalnya, namun pada tahap pelaksanaanya sang pembuat bebunyian mendorong jarum-jarum elemen bebunyian tersebut menghasilkan suara yang dikategorikan sebagai sesuatu yang 'shitty' yang disebabkan oleh gesekan distorsi dan proses 'amplifikasi' dalam konteks suara yang dilakukan dengan melebihi batasan. Melihat deskripsi tersebut tentu saja kita berpikir bahwa dalam proses pembuatan karya yang seperti itu pasti dilakukan dengan tidak sengaja, namun sesuai perkembanganya sebagaimana proses dan bentuk bebunyian tersebut sudah diistilahkan, pasti juga ada kasus dimana bebunyian bernama 'shitgaze' ini juga diproduksi secara sengaja oleh sang pembuat karya. Kedua metode yang dilakukan dalam proses pembuatan karya sama sekali tidak bermasalah, toh lagi-lagi ketika file karya bebunyian bertemu dengan pendengar, yang akan paling melebur dalam proses interaksi tersebut adalah atmosfir yang dilahirkan oleh file karya bebunyian tersebut, yang bergesekan oleh kehendak dan proses pengecapan oleh pendengar yang dialirkan melalui telinga mereka. Tidak ada yang salah juga sebenarnya dengan tidak biasa mendengarkan, toh masih bisa berkenalan, toh ini semuanya juga hanyalah masalah pertemuan, interaksi yang lalu membangun pola komunikasi yang lalu akan berkembang menjadi perdamaian atau permusuhan, keduanya bukan lah masalah apabila kita mencermati proses terlahirnya kedua hal tersebut. Kembali kepada karya yang dibuat Mirza, sebagaimana biasanya kami mengidentifikasi karya yang benar-benar saluran yang tersalurkan oleh konsep dari berbagai aspek yang dipunyai oleh sang pembuat karya, karya ini merupakan saluran yang paling bersinergi dengan diri Mirza. Karena karya yang dibuat, menurut kami telah berhasil menciptakan sebuah harmoni, atmosfir dan arti. Harmoni dimana semuanya bisa dirasakan hangat dan dingin pada tiap karyanya, yang lalu bisa dirasakan melalui gerakan kebendaan (ragawi) dari sang pendengar, bagaimana pendengar akan bergerak atau tergerak saat mendengar karya tersebut. Atmosfir ketika pesan, entah pesan yang bermaksud atau tidak bermaksud, seperti berhasil tersampaikan, oleh bebunyian-beunyian yang ada pada karya yang berbunyi. Seperti menusuk, atau menabrak, seperti itu atmosfirnya. Arti, Mirza sepertinya berhasil membuat kami ketika mendengarkan karyanya kali ini, untuk mendengar, bukan hanya untuk mendengar, tapi sambil menerka-nerka, apa arti dari tiap-tiap track yang ada dalam rilisan ini. Karena, terkadang yang paling asik menurut kami ketika mendengarkan sebuah karya bebunyian adalah ketika berusaha menerka, itu seperti sedang berbicara dengan karya tersebut. Entah karya tersebut akan mengajak bicara kami balik untuk menjawab terkaan kami atau tidak, yang jelas kedua hal tersebut akan membuat kami terus mendengar untuk berbicara dan menerka. Karya ini adalah karya yang menyenangkan, dengarkan harmoni, atmosfir, dan distorsi dari Sadford dalam rilisan ini wahai para pendengar yang budiman. Satu cara dengan mendengar, berjuta cara untuk mengungkap setelahnya. Salam.

Download Here
Sadford Twitter's Account

EAR[31] - DJ Diono Suparmi - Hanya Mengenalkan Kepada Pendengar Demo (2013)


Siapa yang tak mengenal sosok yang baru-baru saja muncul dengan tidak heboh di newsfeed twitter dan mengaku-ngaku sebagai manager dari band asal Yogyakarta yaitu MDAE. Tentu saja banyak yang tidak mengenalnya, dia baru saja muncul, dan hanya teman-temanya saja yang tahu siapa dia sebenarnya. Dan dengan tidak heboh dan tanpa disangka, ternyata orang tersebut juga membuat sebuah karya minimalis yang cukup kompetitif di ranahnya menurut kami. Beliau, Ricardiono Suparmi, adalah benar bahwa beliau memang memanageri band post-punk warna-warni tersebut. Selain menjadi manager, baru-baru ini beliau juga berinisiatif untuk menjadi seorang dj, dan juga berasal dari inisiatif beliau sendiri, karya dari beliau ini bisa sampai di kantor kami, yang lalu kami dengarkan, dan kami dengan senang hati melepaskan karya ini di Hak Nam yang sudah amblas-amblasan ini. Semuanya mengamblas teraduk menjadi satu. Jarak diukur dengan seberapa banyak kamu mengklik obyek yang 'ini' dengan obyek yang 'itu'. Yasudah, yang penting juga adalah rilisan ini akan menjadi produk yang juga mengamblas di Hak Nam yang kalian berseluncur diatasnya, akan sangat sulit dan hampir mustahil untuk melewatkan rilisan-rilisan yang teramblas dihadapan para peselancar ulung yang biasanya memiliki hati nurani magnetis melebihi dari yang organik.

Sebagaimana tadi kita sudah menyebut-nyebut bahwa beliau ini adalah seorang manager dari band post-punk, benar saja, ternyata pada track pertama dari rilisan ini, beliau melakukan perbuatan 'Remix' seperti apa yang dilakukan Control-Z dulu. Perbuatan mengulang dan melakukan pembenahan atau malah perusakan yang sistematis atau tidak sistematis pada sebuah karya original yang sudah dikenal sebagai karya yang dibuat oleh pencipta aslinya. Ya bisa saja obyek itu juga tidak original, obyek original yang sudah di'Remix'pun bisa di'remix lagi. Yah, kita hidup di Hak Nam untuk mengamblas-amblas, semuanya bisa dibuat titik taut primer, sekunder, sampai tersiernya, tergantung sampai sejauh mana obyek tersebut mengamblas, dan sepiawai apa para peselancar berseluncur. Disini, DJ Diono me'remix' ulang tembang 'Transmission' dari Joy Division dengan judul 'Ilustrasi Sebuah Masa'. Kami tidak tahu harus menggolongkanya sebagai kegiatan perusakan atau pembenahan, suntikan nyata dari motivasi untuk melakukan kegiatan 'remix' ini kurang bisa kami tangkap rupanya, garis untuk memasukanya kedalam dua bentuk pengkatgeroian tersebut amat samar. tetapi jika dinilai dengan kasat atau mungkin sekelebat, memang track ini merupakan bentuk track yang dibuat dari pengubahan-pengubahan materi dan digabung dengan material lainya menjadi satu, atau mungkin bisa disebut dengan 'Mash-up'. Sudah berhasil diubah. Pada dua track berikutnya pun kami masih merasakan tipikal yang sama dengan track pertama, dalam konteks pe'remix'an lagunya. Jika memang kegiatan me'remix' dimaksudkan untuk melakukan penyamaran karya-karya original, maka perbuatan yang dilakukan oleh DJ Diono belum mencapai definisi tersebut. Sehingga terkadang saat menikmati ketiga track yang dipersembahkan kepada pendengar ini, masih ada metode, cara, atau rasa yang sama ketika kami menikmati tembang originalnya. Mungkin banyak diluar sana, anda-anda semua para pendengar, lebih paham dalam permasalahan seperti berikut ini. Maka dengarkanlah dengan bercara, bermetode, atau berasa, atau malah tidak tiga-tiganya, mungkin anda nanti bisa menceritakan yang lain daripada kami. Salam.

Download Here
DJ Diono Suparmi's Twitter

Aug 2, 2013

Alertantionct | Video | Sabarbar - Kimi Ni Au Tabi Koi Wo Suru (JKT48 Cover Silent Version)

 
Diam, tenang, dan kelabu. Diam bukan tidak mau menghempas, diam bukan tidak mau melenggak dan diam bukan tidak mau untuk 'diam'. Kali ini, berita yang hadir dengan tenang namun cukup menghempas syaraf kami secara dimensional dengan lembut dan pelan. Sabarbar, akhirnya melakukan sebuah kegiatan penggubahan lagu dari JKT48 sebagaimana SAKA, namun Sabarbar, memilih untuk melakukan penggubahan tersebut dengan melipat-melipat kesedihan yang bergandengan dengan kedamaian tersebut, melalui diam. Diam itu bukan emas bagi Sabarbar, seperti yang anda dan kita lihat sendiri dalam video yang kami 'embed', bahwa diam itu sebenarnya adalah 'Abu-Abu'. Kami cukup yakin bahwa hal ini memang benar adanya, setelah kami mencoba menafsirkan 'ucapan yang tak terucap dari video ini'. Konsep penggabungan antara video diam (silent video), kesedihan dalam gubahan kata yang janggal pada tiap lirik lagu JKT48, obyek pendendang rohani non-emosional yaitu Sabarbar, yang kemudian dibalut dalam sebuah visualisasi yang diberi warna abu-abu. Ini adalah sebuah usaha pencampuradukan yang secara tidak langsung menjadi sesuatu yang terlihat sistematis dan juga saling berketerkaitan. Penggabungan 3 unsur paradikal yang memiliki kadar atmosfir 'ethereal'nya sendiri-sendiri, dalam sebuah media audio visual yang dibalut dengan warna abu-abu, membuat kami setelah mengurut-urutkan hal yang kami sebut-sebut tadi, membuat kesimpulan bahwa produk ini benar-benar salah satu produk yang dapat mewakili unsur 'ketidakberbentukan' atau wujud eksperimentasi yang kemudian memang melahirkan 'sesuatu' yang Tidak Jelas/Samar/Vague. Yang mana, produk yang tidak berbentuk dan juga tidak jelas, dalam paradigma konsep konvensional dasar ilmu dari apa yang dikatakan Pasar, yang kemudian dikaitkan dengan apa yang dinamakan Industri Musik, indie maupun major, akan menjadi sebuah predikat yang terbilang negatif. Tapi tidak disini, yang kami lihat, rasakan dan cerna benar-benar lain, kami tak berusaha membedakan, memberi sekat, atau membuat sebuah segmentasi, tapi inilah ombak yang menerpa kami, saat gelombang-gelombang tersebut menerpa tanpa pesan dan langsung menarik kami untuk bergerumul ditepi lautan seakan ombak itu memakan kami. Akhirnya kami picingkan mata kami dan kami putuskan, bahwa inilah yang kami lihat, dan hal tersebut diataslah yang benar-benar kami ingin katakan, ringkas saja, yang merasakan ya merasakan, ya yang tidak ya tidak, syukur-syukur bisa dijelaskan, maka simaklah dan apakah kalian rasakan gerumul ombak itu sobat ?