Berkaitan dengan dirilisanya album Sampun The Last dari Asangata pada MP3 Day, yang juga Netlabel Day, yang berbahagia ini berikut kami sampaikan sepenggal pesan yang dititipkan oleh bos besar PT. Ear Alert Records beberapa hari yang lalu, yang ditujukan kepada para pengikut sekalian:
"MP3 Day atau hari MP3
berarti hari dimana para pengguna MP3 merayakan keberadaan format tersebut.
Bukan hal yang aneh, mengingat begitu banyak hari raya yang diadakan dan
diperingati oleh orang-orang. Saya rasa semenjak saya mulai mengenal format tersebut
hingga sekarang, setiap hari saya senantiasa merayakan MP3. Saya rasa, saya sudah
merayakan MP3 semenjak saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama
dengan membeli CD-CD bajakan yang menyuguhkan begitu banyak album musik dalam
satu CD dalam format MP3. Kemudian saya mulai akrab dengan teknologi internet,
dimana saya dapat mengakses album-album musik dengan mengunduhnya lewat
aplikasi seperti Ares dan Soulseek, atau dari blog-blog yang mengunggah
album-album musik tersebut. Hampir setiap hari saya mendengarkan album-album
musik, yang kebanyakan formatnya adalah MP3. Hampir setiap hari, tanpa
mengetahui bahwa tanggal 14 Juli adalah hari peringatan MP3, saya telah
senantiasa merayakan kehadiran MP3.
Perayaan format MP3 tersebut
kini dibarengi dengan diadakannya peringatan Netlabel Day. Hari untuk merayakan
label rekaman yang merilis karya-karya musik dalam format elektronik. Netlabel
sendiri bukan suatu hal yang baru bagi saya, sebagai seorang konsumen musik
dalam format elektronik. Apabila sekarang saya masih berada pada posisi itu
saja, mungkin saya akan melewati tanggal tersebut sama seperti hari-hari
lainnya. Namun, kini saya akan melalui tanggal tersebut sebagai salah seorang
pengelola Netlabel. Ada rasa mendebarkan, karena saya menjadi peserta
diperingatinya hari Netlabel. Hampir sama mendebarkannya dengan ketika saya
ikut serta merayakan Indonesian Net Audio Fest untuk pertama kali. Mirip dengan
Record Store Day, Netlabel Day dirayakan oleh pihak label rekaman dengan
mengunggah album musik yang secara khusus akan dirilis pada hari tersebut.
Perbedaannya, rekaman musik dalam format fisik yang dirilis di Record Store Day
memiliki keterbatasan jumlah, sedangkan rekaman musik dalam format elektronik
yang dirilis pada Netlabel Day jumlahnya tidak terbatas. Saya belum tau hal-hal
yang membuat Netlabel Day berbeda dengan Records Store Day ketika bentuk
perayaannya sama-sama dikehendaki dengan perilisan suatu album musik. Saya juga
belum tau akan seistimewa apa Netlabel day nantinya. Hal ini sama barunya untuk
saya, dan anda. Yaitu hari dimana di dalam satu hari tersebut, tautan unduh dibagikan, musik disebarkan, dan bandwdith-bandwidth yang dimakan. Mari, sama-sama kita lihat apa yang akan terjadi di Netlabel
Day."
Demikian sepenggal pesan terkait dengan Netlabel Day/MP3 Day dari bos besar kami sampaikan. Beralih ke Asangata dengan Sampun The Last-nya. Asangata, di hari yang berbahagia ini, juga membuat perayaannya sendiri. Perayaan tentang berakhirnya sebuah keberadaan. Lewat album ini duo romantis ini hendak menyatakan bahwa perjalanan mereka di dunia bebunyian sudah berakhir. Walaupun kita juga tahu bahwa Pawitra Warda dan Wednes Mandra masih membuat musik bersama di Atseng Fikrey & The Ladies yang sekarang sedang menempuh proses rekaman. Kita doakan semoga proses rekaman mereka lancar-lancar saja. Namun, peneluran karya-karya musik mistik yang sarat akan aroma dan wewarnaan khas dari Pleret sudah berakhir. Apakah ini akhir dari "Pleretian Sound"? Apakah ini akhir dari Asangata? Kita tidak pernah tahu, pendiri dari kolektif ini sendiri, Wednes Mandra, merupakan manusia yang penuh dengan kejutan. Bisa saja ia nantinya akan membuat karya dengan nuansa gelap lewat wadah yang lain. Tetapi itu buatan dan kepunyaannya sendiri, bukan Asangata. Asangata sedari dulu selalu dapat memberikan gambaran kesederhanaan pada tiap karya yang dibuatnya. Kesederhanaan yang menyiratkan pengalaman-pengalaman mereka dalam membuat karya, yang memberi nuansa pada karya tersebut untuk menjadi sederhana pula. Sebuah kemuliaan, karya-karya yang sarat akan pesan.
Berdasarkan apa yang kami amati dari karya-karya mereka sebelumnya, Asangata tidak pernah asal begitu saja ketika harus memberi judul pada karya-karyanya. Yang menurut kami hal tersebut merupakan suatu totalitas dalam berkontemplasi. Belum lagi tiap-tiap nuansa Pleret yang bisa kita-kita rasakan dari tiap bebunyiannya. Juga tanpa melupakan pesan yang tersampaikan lewat judul, dari karya-karya yang tanpa "lirik" ini. Asangata berkarya lagi, untuk menyongsong sebuah akhir. Yang sebenarnya akhir juga bukan milik kita. Kita tidak pernah tahu, bukan hak kita kita untuk mengakhiri sebenarnya, karena kita memang terus menunggu. Namun, kali ini Asangata dengan tegas mencoba membuat sebuah akhir sebagai sepasang manusia, dengan mengeluarkan album bertajuk "Sampun The Last". Di dalam album ini kita akan masih disuguhi tajuk-tajuk karya yang sederhana seperti "Sweet Pop", "Wkwkwkwk", dan "Berdoa... Mulai". Dari judul-judul karya, juga besutan bunyi yang akan anda dengarkan ini, kami berani menobatkan bahwa Asangata merupakan garda depan dari generasi dan lingkaran gaya musiknya. Dalam artian yang paling minimalis tentunya. Komposisi dari tiap tembang yang dibuat sudah tidak melekat pada aspek-aspek tuntutan sejarah musik Drone/Doom yang dikristalisasikan lewat karya-karya dari Sun O))), Khanate, atau Corrupted. Entah ide ini dicetuskan oleh Wednes atau Pawitra, karena banyak kami temukan warna dan lekuk baru yang mereka terapkan pada genre yang dari awal mereka usung. Dimana hal tersebut membuat album ini bukan sembarang album Drone/Doom, dengan tanpa mengurangi rasa hormat yang lebih tua, yang sudah banyak ada. Kami merasa terangkat dan mengawang seperti ketika kami mendengarkan tembang-tembang yang dibuat duo Bianca dan Sierra dari Cocorosie. Tidak sama persis, cuma mengingatkan, tidak bermaksud memiripkan. Malahan, tembang yang kami jagokan dari album ini adalah tembang bertajuk "Suatu Saat, Kita Akan Meninggalkan Ini Semua". Dengarkan sendiri. "Pleretian Sound" besutan sahabat kami. Sebentar lagi anda sekalian akan bertemu dengan tautan unduh album ini. Yak, sekarang.
Berdasarkan apa yang kami amati dari karya-karya mereka sebelumnya, Asangata tidak pernah asal begitu saja ketika harus memberi judul pada karya-karyanya. Yang menurut kami hal tersebut merupakan suatu totalitas dalam berkontemplasi. Belum lagi tiap-tiap nuansa Pleret yang bisa kita-kita rasakan dari tiap bebunyiannya. Juga tanpa melupakan pesan yang tersampaikan lewat judul, dari karya-karya yang tanpa "lirik" ini. Asangata berkarya lagi, untuk menyongsong sebuah akhir. Yang sebenarnya akhir juga bukan milik kita. Kita tidak pernah tahu, bukan hak kita kita untuk mengakhiri sebenarnya, karena kita memang terus menunggu. Namun, kali ini Asangata dengan tegas mencoba membuat sebuah akhir sebagai sepasang manusia, dengan mengeluarkan album bertajuk "Sampun The Last". Di dalam album ini kita akan masih disuguhi tajuk-tajuk karya yang sederhana seperti "Sweet Pop", "Wkwkwkwk", dan "Berdoa... Mulai". Dari judul-judul karya, juga besutan bunyi yang akan anda dengarkan ini, kami berani menobatkan bahwa Asangata merupakan garda depan dari generasi dan lingkaran gaya musiknya. Dalam artian yang paling minimalis tentunya. Komposisi dari tiap tembang yang dibuat sudah tidak melekat pada aspek-aspek tuntutan sejarah musik Drone/Doom yang dikristalisasikan lewat karya-karya dari Sun O))), Khanate, atau Corrupted. Entah ide ini dicetuskan oleh Wednes atau Pawitra, karena banyak kami temukan warna dan lekuk baru yang mereka terapkan pada genre yang dari awal mereka usung. Dimana hal tersebut membuat album ini bukan sembarang album Drone/Doom, dengan tanpa mengurangi rasa hormat yang lebih tua, yang sudah banyak ada. Kami merasa terangkat dan mengawang seperti ketika kami mendengarkan tembang-tembang yang dibuat duo Bianca dan Sierra dari Cocorosie. Tidak sama persis, cuma mengingatkan, tidak bermaksud memiripkan. Malahan, tembang yang kami jagokan dari album ini adalah tembang bertajuk "Suatu Saat, Kita Akan Meninggalkan Ini Semua". Dengarkan sendiri. "Pleretian Sound" besutan sahabat kami. Sebentar lagi anda sekalian akan bertemu dengan tautan unduh album ini. Yak, sekarang.
Asangata sudah tidak ada lagi.
No comments:
Post a Comment