Kami tahu, kami setuju dan kami yakin. Ini adalah persembahan pamungkas pada akhir tahun 2012 yang pantas dari sang pelantun nyanyian petaka hati yang melegenda, Rabu namanya. Sebenarnya sudah lama sekali kami mendapatkan karya ini dari penciptanya yaitu Wednes M. mungkin sekitar bulan ke-10 kemarin. Dan ketika kami mendengarkan kiriman material tersebut, kami terhempas, benar-benar terhempas, kami tidak main-main dengan yang satu ini. Setelah melalui demo pertamanya Semerbak Wangi dan debut live performancenya di HONFablab, Rabu tidak henti-hentinya menyentak kami dengan teori-teori serta bebunyianya yang amat bersahabat sekaligus berbahaya. Kemarau, Bunda dan Iblis, rasanya kami bisa memahami apa maksud dari kata-kata yang menjadi judul album tersebut sebagai orang-orang yang merasa bersahabat dengan Rabu, coba artikan lah makna dari judul album tersebut. Menurut kami, bebunyian serta tercetusnya ide judul album tersebut tercipta ditengah-tengah kesibukan sang Rabu sebagai seorang mahasiswa arsitektur yang aktif, dimana ditengah-tengah keterengah-engahanya ada Bundanya yang mau menyempatkan waktu walau hanya sebentar untuk memberi komentar mengenai musik yang diciptakan oleh anaknya. Dan ditengah-tengah kesibukanya ada iblis-iblis atau lebih tepatnya makhluk-makhluk yang dianggapnya sebagai iblis yang hanya menjadi batu kerikil maupun bukan batu kerikil yang menghalangi aktifitasnya ditengah kesibukanya. Kemarau, Bunda, dan Iblis merupakan sebuah penggambaran situasi keterengah-engahan seorang Wednes, yang mewujudkan sebuah rasa galau yang tak dapat dibendung lagi namun juga tak bisa diungkapkan begitu mudahnya oleh sang pelantun petaka jika hanya melalui wacana ataupun obrolan santai ataupun sebuah debat kusir, tidak, tidak bisa.
Wednes menyalurkan kegalauanya disini, di Rabu, di album ini. Melalui sound yang lebih gelap (bukan berarti anti dengan yang tidak gelap), kasar dan seram, pelantun petaka melantunkan curahan perasaan galaunya tentang peradaban, melaknat segala sesuatu hal yang mengganggu kedamaian hatinya, yang membuatnya diperbudak dalam keterengah-engahan. Rabu dan karyanya itu seperti sebuah letusan sebuah gunung yang bernama Wednes, meletuskan lahar-lahar hitam kepenatan yang tak bisa lagi diam bermuara didalam perut ataupun hati. Ya, Rabu itu suara hati. Maka dengarkanlah karya ini, karena suara hati ini layak untuk didengar, kami jamin, ini adalah sebuah suara hati yang paling jujur dalam ranah eksperimentasi karya musik yang pernah kami dengar sepanjang sejarah yang kami tempuh. Lurus dan tanpa gimmick, namun perasaan aneh yang diciptakanya begitu nyata. Jika anda menyukai pelantun-pelantun tembang depresif dari Michael Gira sampai TJ Cowgill, tembang-tembang dari Rabu mungkin dapat menjawab rasa 'ingin dengar' anda terhadap karya-karya dengan jenis itu, dari sisi musikalitas tentunya. Namun tetap saja, dari sisi spiritual, kita tidak akan bisa menemukan apa sisi spiritual yang diciptakan oleh Michael Gira dengan Wednes Mandra. jelas jauh berbeda. Sama-sama depresif, namun penciptaan ruang, warna dan corak spiritualitas melalui sesuaraanya tentu saja berbeda. Sulit sekali menjelaskan sesuaraan, kami sudah mencapai titik batas dan tidak bisa membahas sesuaraan dari Rabu untuk menjawab rasa ingin tahu anda. Biarlah bebunyian-beunyian itu yang menghendaki untuk bisa menjawab atau tidak bisa menjawab rasa ingin tahu anda tentang apa itu 'spritually depressive' untuk anda. Jangan manja, begitu pula sebaliknya, ciptakan sendiri sudut-sudut atau ruang-ruang depresif dan kelam anda sendiri, rasakan dulu, kelamkan sejenak, lalu tabrakan dengan apa yang telah dikehendaki oleh bebunyian-bebunyian itu. Maka yang akan terjadi disana adalah sebuah dinamika, yang tidak akan pernah anda temukan sebelumnya. Maka segera dengarkanlah, segera rasakanlah, sebuah dinamika, karena dinamika itu baik.
Download here
Rabu Facebook
No comments:
Post a Comment