Hai, lama tidak menggores kata disini, di Hak Nam kami.Kami hampir lupa, untuk mewartakan salah satu proyek dengan misi "penyelamatan budaya tradisional dari Sulawesi Selatan" milik teman sejawat kami yaitu Lontara Project. Selama ini, sepertinya yang amat keliahatan sebagai proyek eksperimental dan non-konvensional alias kontemporer pada bebunyian, biasanya proyek-proyek musik yang non-musikal dan cenderung kearah eksperimentasi suara lewat piranti seperti pedal, fruity loop, dan piranti lainya. Tapi proyek yang satu ini sepintas terlihat sama sekali bukan suatu bentuk eksperimentasi, apalagi ketika melihat obyek yang ingin diselamatkan oleh proyek ini adalah budaya tradisional. Dimana budaya tradisional itu, setahu kami merupakan sebuah akar dari banyak kembangan budaya, sebuah kelangenan, atau bisa kita sebut sebagai budaya non-kontemporer. Memang hal-hal yang mereka terbitkan atau lantunkan sebenarnya memang hal-hal yang non-kontemporer atau sudah menjadi bagian yang amat erat pada arus utama peradaban. Tetapi, ketika kami telisik lebih dalam lagi, "cara" yang mereka lakukan melalui La Galigo Music Project ini adalah cara yang tidak biasa, sedikit keluar dari arus utama yang kami sebutkan tadi, dan merupakan usaha pengenalan budaya non-kontemporer dengan "cara" yang cukup kontemporer. Terdapat "pertabarakan sederhana" antara budaya tradisional yang mereka jadikan tema utama, dengan budaya-budaya (kontemporer dan non-kontemporer) yang ditelurkan sebagai ide oleh masing-masing anggota dari La Galigo Music Project. Saatnya untuk berhenti menggores, dan mulai untuk mengagahkan telinga yang lama tak terjewer oleh kekaryaan bebunyian spektakuler. Silahkan dicek, ini buah karya dari Lontara Project. Salam.
No comments:
Post a Comment