Sep 27, 2013

EAR[34] - MDAE - Live In Namex #2 (2013)


Kembali, dimulai dengan bebunyian yang direkam lalu diberi nama dengan intro. MDAE mulai bercerita tentang kisah-kisahnya di atas panggung maupun tidak di atas panggung setelah pertemuan mendadak yang mereka dan pendengar dengan dirilisnya album 'Lima', dimana pendengar kebanyakan mungkin saat itu belum pernah menyaksikan atau bisa dibilang mendengar kabar, atmosfir dan dimensi apakah yang diciptakan oleh trio post-punk kontemporer asal Kalasan ini. Setelah selesai dengan mini-tour yang mereka lakukan bersama Energy Nuclear, trio math-rock ajaib asal Yogyakarta, inilah yang mereka suguhkan pada kami, dan kalian wahai telinga-telinga pipih nan kenyal. Album berisi kumpulan rekaman live show yang mereka lakukan dari panggung ke panggung, seolah mereka ingin kalian bukan hanya mendengarkan bebunyian yang sengaja dibuat dengan lalu, tapi sepertinya mereka ingin kalian mencerna dan mendengarkan bebunyian tersebut secara menyeluruh. Hampir sama seperti interaksi antar manusia biasanya, hanya saja disini dimensinya berbeda, di Hak Nam yang kita arungi bersama ini, mereka ingin kita berinteraksi dengan karya yang mereka telurkan ini, disini, sekarang.

Memulai identifikasi dari cover-art serta judul dari rilisan mereka kali ini, membuat angan kami melayang-layang tinggi ke angkasa nun jauh disana, yang kami tidak tahu ada apa saja di luar angkasa sana. Planet Namec atau mereka sebut dengan Namex di sini, sebagaimana kisah tentang planet tersebut telah digambarkan dengan memukau oleh Akira Toriyama dalam serial manga Dragon Ball, planet yang kemudian meledak akibat pertarungan antara Son Goku dan Frieza yang terlampau dahsyat. Seperti bisa dikorelasikan apa-apa saja yang sudah terjadi di Planet Namec dengan karya-karya yang dirilis oleh MDAE pada rilisan mereka kali ini. Bagaimana kedahsyatan yang juga diiringi dengan ketidak dahsyatan yang mereka buat dalam tiap aksi panggung mereka, usaha-usaha mereka, untuk menciptakan sebuah dominasi. Ya, dominasi, bukankanh memang begitu ketika interaksi itu terjadi secara langsung antara pendengar dan pembuat bebunyian, di atas panggung dan dari bawah panggung, semua disaksikan dan didengarkan, semua itu adalah bagaimana di dalam interaksi tersebut, sang pembuat bebunyian berusaha mendominasi dimensi yang merupakan tempat berlangsungnya interaksi tersebut, untuk merebut atau mencampuradukan atmosfir yang masing-masing mereka bawa untuk menghadapi bentuk-bentuk dominasi yang mereka lepaskan ketika interaksi tersebut berlangsung di dalam dimensi tersebut. Dan bagaimana, di sini MDAE berkisah tentang dominasi-dominasi yang mereka buat dari panggung ke panggung, bercerita bagaimana mereka berhasil mendominasi ruang interaksi mereka dengan pendengar tersebut, atau malah mereka yang terdominasi oleh telinga-telinga dan mata-mata yang memiliki atmosfir mereka sendiri-sendiri ketika mereka sedang berinteraksi dengan bentuk dominasi tersebut. Dan bagaimana, jika kita korelasikan kembali dengan Planet Namec, sebuah dominasi, bisa akhirnya membuat planet tersebut meledak, atau malah tidak meledak, begitupula dengan dominasi yang dilakukan oleh pendengar dan pembuat bebunyian ketika mereka saling menabrakan dominasi-dominasi tersebut di dalam Planet Namec mereka yang lalu diberi nama Gigs itu. Bagaimanapun juga, kami sudah melihat mereka sedari dulu kala. Bagaimana kami bisa merasakan tiap memori dan atmosfir yang dibawa oleh tiap lagu yang disajikan dalam rilisan ini. Dan bagaimana kami bisa mengingat dan mengidentifikasi apakah MDAE berhasil atau gagal melakukan dominasinya pada tiap dimensi yang merupakan tempat mereka mengambil tempat. Apa mereka berhasil mendominasikan, menciptakan, tempat, sebuah tempat, untuk mereka tempati, untuk mereka mengambil tempat, untuk mereka hadirkan sebuah visualisasi, sebuah dimensi, sebuah Plante. Kami bisa merasakanya, kami bisa melihatnya, kami sangat menyaksikanya, dengan mendengar kami menyaksikan. Nah, apakah kalian juga bisa melihat apa yang kami lihat ? Dimensi itu. Apa kalian juga menyaksikanya ? Planet itu. Apa kalian merasakanya? Jika kalian tidak bisa melihatnya, berarti kami harus bersyukur, karena itu berarti penglihatan kami baik-baik saja, dan penglihatan kalian payah. Tak apa, masih ada waktu, untuk mencoba, dan terus mencoba untuk merasakan, melihat, menyaksikan, mendengar.... nah saudara-saudara sekalian, selamat menyaksikan, apa yang sudah kami saksikan, kasihan. Salam.

No comments:

Post a Comment