Dimulai, dari mana, sebenarnya semua ini terjadi tidak sengaja, begitu saja. Melalui aktifitas rutin yang kami lakukan, perselancaran kami dari satu cekungan Hak Nam ke cekungan yang lainya. Sampai penelusuran tersebut menghantarkan kami pada sebuah laman soundcloud milik seorang perempuan, biasa, suka menyanyi, tapi entah mengapa yang ini. Kami rasa suatu yang berbeda. Kami tidak akan banyak membual, ini memang sesuatu yang sangat subyektif. Kami melayang, kami bernostalgi. Rasanya semua-mua tertumpah ruah di sini. Tidak, tidak berlebihan, kami juga tidak mau berlebihan, tapi beri kami sedikit ruang, untuk sekadar melayang, mengawang dan menerawang. Dalam kesederhanaan seseorang yang suka menyanyi di dalam kamar dan kemudian merekamnya. Yang kemudian diistilah-istilahkan dengan 'bedroom musician' atau 'soundcloud musician'. Begini ya, kami ini tidak tahu tempat dan kurang paham sopan santun, jadi inilah yang akan kami berikan kepada telinga-telinga yang lingkarnya meruas-ruas ke dalam dan selalu mendengar ini dan itu. Sebuah kesederhanaan, ketidaksempurnaan dan sebuah suasana, suasana yang menjadi cerita. Dari kamar, soundcloud, suara, telinga, dan pelepasan. Dia menyanyi, dan sedang tidak menari bersama pena di atas kertas.
Ah nostalgia. Pelan-pelan diingat, lalu dihempas untuk dilupa. Begini ya, jadi ketika kami menemukan satu paket dengan isi 9 (sembilan) bebunyian ini, seperti ada angin segar yang menghembus pada urat nadi. Bukan hanya menghembus, tapi menembus. Dan kami tahu, kalau kami ingin, dan sangat ingin yang lain-lainya ikut merasakan hembusan yang menembus nadi kami ini tadi. Rupa-rupa rasa yang disajikan secara sederhana namun apik oleh Ichan ini, dalam dimensi pertemuan antar suaraan tersebut dengan kami sebagai pendengar, seperti menggandeng kami untuk lari di atas rumput-rumput hijau, lalu pelan-pelan melandas, berguling-guling dengan lembut di atas rumput hijau yang permai. Yang di langit-langitnya kami bisa mendengar dan melihat, memori yang telah lalu, dan sesuatu yang baru yang suatu saat akan menjadi memori... bebunyian dari Olive Three, Annemarie dan yang lainya... seperti menari-nari di angkasa permai itu. Bukan main rasanya, atmosfir yang hampir sama, namun dengan gimmick yang berbeda. Atau bahkan tanpa perlu kias-kias dongengian, tameng lindung sana-sini. Oh sebuah kesederhanaan yang mengajak kami menari dan bercengkerama ini juga membuat kami ingat dengan sesuatu yang telah menghilang dari situs kami. Ya, ketika mendengar bebunyian itu, just simply kami seperti diajak ngobrol begitu saja. Kami tersedot-sedot lalu kami mengelus dada. Rasa kamar tidur yang diuapkan melalui nada digital, hias-hias sederhana yang mengalun bersama kata, kami seperti kembali dipeluk dan diselimuti. Kami ditemani. Kami tidak disuruh mendengar lalu ditinggal. Kami ditemani. Dan kami bicara, dan kami tersenyum, indah, sungguh indah.... maka dari itu kami mohon, maafkan ketidaksopanan kami ketika kami berkata, sesal kemudian tak berguna kami tahu. Maka ijinkan kami berbagi, rasanya hembusan urat nadi yang kemudian dadanya dielus. Elus. Elus lagi, lagi dan lagi. Salam.
duh, anake sapa kuwi..
ReplyDelete