Hai. Mungkin sebelumnya kami akan menyampaikan sedikit koreksi dari rangkaian kata yang menjadi judul dari karya bebunyian yang diciptakan oleh seorang perempuan bersuara manis ini, dimana sepertinya tampak ada kesalahan penggunaan grammar dalam penamaan album ini. Sudah kami betulkan, dalam kolom judul dari postingan ini. Dimana "This Is How I Dreaming" menjadi "This Is How I'm Dreaming". Mungkin masih salah, kami pun kurang yakin, ini juga kesalahan kami yang tidak segera menginformasikan kepada pihak pembuat karya sejak file bebunyian ini kami terima. Maaf ya. Toh tidak apa-apa kok, ini cuman masalah bahasa, nyatanya yang tidak suka memakai bahasa juga ada, yang tidak suka bebahasa juga ada, yang penting bukan kata-katanya, jangan sampai kata-katanya membuat lupa, pada bunyinya. Semuanya belajar, seperti judul dari album ini, belajar bermimpi, dan kemudian menari, sambil mengulum gulali. Yak, mari segera sudahi sesi-sesi koreksi itu, langsung segera dengar bunyi-bunyi itu. Kami masih saja terkaget-kaget dengan keberadaan pengkarya ini. Semenjak kami menemukan karyanya pertama kali dari lekak-lekuk jalur bebas dalam ruang Hak Nam yang begitu sudah terlanjut sakit ini. Sakit, sedih, menyiyir, dan pelik. Ada suatu keberadaan manis, namun kecil dan sederhana, bersendawa manis sendiri bersama dawai dan suaranya. Sebuah kesederhanaan kecil yang dapat membuat lupa dengan penyakit-penyakit kronis yang dihempaskan pada hamparan lautan Hak Nam ini. Kasian Hak Nam, ciptaan tanpa penemu tunggal yang hanya diisi dengan perang, perang, dan perang. Jangan lupakan cinta. Meski hanya cinta yang sederhana. Namun dapat membuat terbang, dan terlupakan semua petaka, kekejaman, dan berkah-berkah pahit lainya, untuk kembali menggandeng kita, menari seperti kelinci di padang rumput hijau yang letaknya ada di tanah mimpi. Menyenangkan sekali. Haha.
Kadang, atau sering, manusia memang memilih untuk memilih hal-hal yang memiliki tingkat kesulitan atau kompleksitas yang cukup tinggi untuk dipikirkan, disuarakan, lalu dinikmati dan dibagi. Kami serasa seperti sedang mendapat heal gratis dari seorang Acolyte dalam sebuah MMORPG bernama Ragnarok Online yang mana skill sudah menjadi obyek bisnis yang berarti tak lagi gratis, atau diberikan dengan tidak lagi mengikutsertakan niat tulus dan suci. Sungguh perih. Kembali pada pilihan yang kami ilustrasikan pada pembuka paragraf ini. Dalam setiap ruang, pipa-pia, belukar rongga-rongga, dan belantara jalur-jalur dalam otak tiap individu yang jarang bisa menghindari apa yang dinamakan dengan polemik kehidupan, yang seringkali menjadi racun-racun dalam otak dan mengganggu atau menghapus laju kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang sebenarnya berada pada tempat yang sama dalam otak manusia itu. Dan tak jarang, manusia, dengan racun-racun dalam otak mereka, yang kami sebut bahwa manusia-manusia ini merupakan pecandu bunyi yang selain hidup untuk melepas hasrat materil duniawi atau jasmani, memerlukan asupan-asupan berupa bunyi yang kerap kali berbentuk kesejukan rohani, apapun bentuk bunyinya, keras ataupun lembut, akan dipilih sebagi pengiring kepelikan-kepelikan dan konflik-konflik yang tak pernah sudah itu dan ini. Pilihanya pun beragam, bunyi-bunyi pemicu adrenalin, atau bunyi-bunyi pengendur syaraf, sebagaimana keras dan lembut berbunyi, semua bisa dengan tenang dipilih mengiringi. Namun banyak, yang sedari awal manusia dengan otaknya yang banyak racunnya itu malah mengencangkan syaraf dengan bunyi. Beberapa bunyi yang termasuk dalam golongan bebunyian keras. Yang kemudian melahirkan suatu kondisi yang tak dipungkiri bahwa itu merupakan suatu penghancuran diri. Pusing, pusing, dan pusing. Manusia mencari ketenangan. Meskipun kecil, dan tersembunyi. Seperti kami, yang sudah cukup banyak terserang racun-racun dalam kehidupan ini, kemudian kami.... menangis menemukan sesuatu yang manis. Kami begitu tersentuh. Sangat kecil sentuhan itu sampai tak terlihat. Sebenarnya banyak yang sudah melakukan ini, menyembuhkan kami, sebentar atau lama itu tergantung kami lagi, bukan tergantung durasi dari bunyi atau kekuatan dari bunyi. Salahkam diri sendiri. Yang belum terbiasa dengan penyembuhan. I C H A N menjadi seperti seorang pemberi kesembuhan, meskipun sentuhan itu begitu kecil, namun itu berhasil membuat kami untuk tidak selalu menapakan kaki pada kubangan yang keruh. Seperti air mandi dari bak mandi yang telah dikuras dan kembali diisi, I C H A N kembali mengisi bak itu dengan kejernihan yang selalu mengandung bunyi, dan mengajak telinga untuk mengidentifikasi apa air itu sudah penuh atau belum. Untuk kemudian mandi, mandi sampai bersih. Sampai sembuh. Disini Shinjiteru kembali dibawakan dan diremix ulang. Mengajak tersenyum kembali dengan beberapa lagu yang telah dimaintain dengan lebih rapih, dan menjadi nilai plus yang mengundang para pengundang bunyi, yang sudah pernah menyayangi, untuk lebih menyayangi. Ayo. Mari. Kita. Sayangi. Dan. Nikmati. Ayo.
No comments:
Post a Comment