Berhubung selebrasi kali ini adalah sebuah selebrasi dengan tajuk double release, maka kami ingin sedikit memberikan komparasi atau benang merah atau sesuatu yang bersambung, apapun istilahnya, antara rilisan yang sebelumnya dengan rilisan yang sekarang ini. Dimensinya cukup berbeda, ruang pemberianya juga, mungkin tujuanya juga, penuh prediksi sekali kami. Tapi sebelum menganilisis dan mengilustrasi lebih jauh lagi, kami ingin memberi sebuah pembuka bahwa rilisan ini telah dirilis sebelumnya oleh netlabel bernama Webbed Hand Records. Dimana tidak ada kontrak mengikat antara netlabel dengan artisnya sepengetahuan kami, kecuali kontrak tidak terlalu tertulis antara netlabel dengan pembuat karya, dimana kami juga sudah berjanji kepada pembuat karya untuk merilis rilisan ini, maka kami berani untuk juga merilis karya ini tanpa seizin dari netlabel yang pada 17 Februari 2014 lalu telah lebih dahulu merilis karya ini melalui situs resmi mereka. Selain itu, kami sebenarnya tidak terlalu banyak, sebenarnya lumayan banyak, namun tidak terlalu sering juga mendengarkan musik elektronik jenis ini. Musik elektronik yang rapi, mungkin kami juga banyak mendengarkan beberapa proyek yang cukup rapi, namun tidak terlalu manis seperit apa yang kami rilis kali ini. Sehingga mengapa kami merilis karya yang mungkin prosentasi kecocokanya dengan selera dari kurator kami tidak sebanyak karya-karya yang lainya adalah dimana dalam pelaksanaan sistem kurasi netlabel kami, selain berpatok pada selera subyektif dari pengkurasi, kami juga melihat proyek-proyek serta bunyi-bunyi yang mereka lahirkan, adalah sesuatu yang EarAlertable. Dimana bebunyian tersebut memiliki kecocokan dengan apa-apa yang kami sebut sebagai visi dan misi secara tidak profesional. Bunyi-bunyi tersebut memiliki kelayakan untuk bernanung dalam teritori situs resmi kami, bahasa mudahnya mungkin matching dengan tetek bengek yang disebut dengan image dan atmosfir yang ada di laman kami. Dan bunyi-bunyi tersebut kami rasa memiliki energi untuk menyalurkan sinyal-sinyal atau tanda-tanda kepada telinga-telinga angsa, dan juga dapat melahirkan sebuah dimensinya sendiri, dimensi tempat bunyi bertemu dengan sunyi, sunyi yang dimiliki oleh para pecandu bunyi. Karena menurut kami dimensi itu juga dapat dilahirkan melalui selera, mungkin juga gengsi, dari para pecandu bunyi. Namun juga terdapat kemungkinan bahwa bunyi-bunyi yang diciptakan oleh pembuat bunyi, dapat melahirkan sendiri dimensi tersebut untuk menarik dengan paksa, atau membuai dan menarik pecandu bunyi untuk dengan ikhlas menari dan meninggi bersama dalam satu dimensi.
Seperti apa yang telah kami sebutkan sebelumnya, Rendi Pahlefi disini sebagai pembuat bunyi dari Blue Albatross dalam album "Lost For Words", benar-benar kehilangan kata-kata dan memutuskan untuk menetaskan bunyi-bunyi tanpa nyanyi-nyanyi, meskipun bernyanyi bisa juga tidak digolongkan dalam usaha menggunakan bahasa verbal secara konvensional. Yang baru kami ketahui adalah proyek ini ternyata juga berasal dari kota Bandung, sama seperti Joyful Summer. Mungkin mereka saling mengenal, kami tdak tahu dengan pasti. Perbedaanya adalah luapan emosi yang dilahirkan kembali oleh Rendi dalam bentuk bunyi ini lebih mengandung unsur dramatikal yang tidak terlalu romantis, namun masih lumayan magis, dan juga tidak malas untuk mengais. Mengais kedalaman saat meproses bebunyian, atau proses kedalaman kristalisasi emosi dalam bentuk bunyi. Ya sebenarnya kami juga tidak tahu seberapa dalam kedalaman yang dimiliki oleh masing-masing pembuat bunyi, masih misteri, tapi kami rasa tidak ada salahnya kami coba memprediksi, toh tugas kami disini apalagi selain menafsir ,menganalisis, mengenalkan, dan mendistribusi. Kami juga suka berteman. Berteman dengan jujur tanpa harus menyembah. Sehingga apa yang kami katakan dimanapun kami berada benar-benar apa adanya saja. Tidak kurang, tidak lebih. Rendi melahirkan bunyi-bunyi yang mungkin apabila dilihar, didengar dan dirasa bentuknya lebih manis dibandingkan dengan apa yang dikais oleh karya sebelumnya yang kami rilis. Semua tertata rapi alurnya, seolah Rendi telah mengetahui apa yang ingin diterangkan melalui bunyi ini, lebih sistematis, mungkin sama seperti ketika membaca suatu komik dengan metode penyampaian cerita yang tidak berbelit. Alur yang konvensional mungkin. Kolom demi kolomnya saling menyambung untuk menggambarkan kisah yang begitu jelas dan mudah dimengerti oleh pembacanya. Nah, kira-kira begitu hal yang kami maksudkan ketika melakukan analisis komparatif dan analogis pada karya ini. Lalu, kami coba komparasikan dengan karya sebelumnya, dimana Blue Albatross memiliki kejelasan, serta memiliki alur yang lebih mudah dimengerti oleh telinga para pecandu bunyi, seperti alur komik Setelah itu proyek ini pun lebih manis dirasa. Sehingga mungkin dapat lebih memberikan candu pada pecandu bunyi yang memiliki dimensi bunyi atau selera yang unsur-unsur dalam seleranya itu obyek-obyek penggambar seleranya adalah proyek-proyek bunyi yang juga jelas dan mudah dimengerti. Blue Albatross dapat pula lebih mudah ketika proyek ini melahirkan suatu dimensi bunyi dengan pecandu bunyi yang gambaran seleranya netral atau bahasa mudahnya adalah masih perawan, untuk diajak seperti yang kami sebutkan tadi yaitu : "dengan ikhlas menari dan meninggi bersama dalam satu dimensi". Yah sebetulnya bukan hak kami juga mengklasifikasikan selera, tapi inilah kelemahan bahasa verbal daripada bahasa musik. Jelas lebih banyak yang akan anda sekalian ketahui ketika anda berkemauan untuk mendengar, mendalami, dan mengais apa-apa saja yang nanti akan anda temui, dalam suatu dimensi, bercengkerama, berpelukan, bersatu, dengan bunyi-bunyi ini, mencoba menikmati, dan menemukan sebuah arti. Apalah arti sebuah arti. Apakah arti sebuah arti. Coba temukanlah arti sebuah arti, dengan mau untuk mendengarkan, lalu menikmati, beragam bunyi, termasuk bunyi yang satu ini. Selamat menikmati. Salam.
No comments:
Post a Comment