Semerbak mewangi, lalu hinggap di hati. Apakah hati-hati itu selalu dapat dihinggapi oleh kewangian abadi ? Itu adalah misteri dimensi, yang belum tentu dapat dilisani. Begitulah kami menutup pengantar demo pertama milik sang legenda, Rabu, ya, kalimat itu, yang ada di baris pertama pertuturan kami di papan ini. Entah bagaimana ceritanya, lagu "Yang Menghilang", yang dulu pernah kami hilangkan untuk meredakan situasi politik hati di kerajaan hati Pangeran Pleret supaya kondusif, kini dibangkitkan kembali olehnya sendiri dengan wujud yang sedikit lain dari yang sebelumnya, tidak terlalu baru jadinya, ya sedikit baru. Kali ini Rabu mengajak Gunung Kelir Orchestra untuk memberi iringan yang mungkin lebih tajam sayatnya dalam isyarat bunyi yang dikepulkan, dari lagu "Yang Menghilang" sebelumnya ya mungkin lebih mudahnya iringan-iringan sayatan senar itu dibuat secara digital, kali ini sayatan itu lahir benar-benar dari sayatan dan goresan lembut senar, bukan ilmu tekan-menekan tuts "WASD" yang syarat akan unsur yang elektronik. Ya, itu lah yang ingin kami bilang, kami terharu dan begitu gembira dengan kebangkitan, meski memang tidak terlalu baru, tapi setidaknya kami bisa mengenang, merasakan kembali, dan menyebarkan lagi, kewangian pertama yang kami endus dari sang Rabu ini. Dengan resmi kami juga telah mendapat persetujuan dari Pangeran Pleret untuk juga bisa menyebarkan versi lama dari lagu "Yang Menghilang" ini. Jadi, untuk anda-anda sekalian yang telinga-telinga dengan dimensinya merindukan mengendus wewangian, kinilah saatnya. Ayo, tunggu apa lagi.
No comments:
Post a Comment